SEJARAH DESA SIMPAR
Simpar adalah salah satu Desa di Kecamatan Tretep yang
terletak di ketingian 930 m dari permukaan laut, Desa Simpar Terdiri dari satu
Dusun, tujuh Rukun Tetangga, dan satu Rukun Warga. Desa Merupkan unit paling
rendah tingkatannya dalam struktur pemerintahan Indonesia. Awal sejarah
terbentuknya desa diawali dengan terbentuknya kelompok masyarakat, Kapan awal
pembentukan desa hingga sekarang sulit diketahui secara pasti. karena minimnya
bukti yang berupa fakta maupun bukti sejarah lainnya sebagai bahan pendukung.
Berikut ini kami mencoba untuk menceritakan sejarah asal usul Desa Simpar berdasarkan
cerita dari para sesepuh Desa serta dari berbagai sumber dari penelusuran kami
untuk mengetahui awal mula berdirinya atau terbentuknya Desa Simpar.
Asal-usul nama desa Simpar
Dari berbagai sumber yang kita
peroleh,seperti apa yang kami Sebutkan diatas dan juga dari berbagai bukti
sejarah yang ada di desa Simpar, kata Simpar mempunyai asal-usul atau cerita
sebagai berikut:
Di jaman masa Perang Diponegoro atau lebih
dikenal dengan perang Jawa sekitar tahun 1825 sampai dengan 1830 hampir wilayah
Jawa bergejolak tidak hanya di kota-kota bahkan sampai kepedesaan, karena
minimnya persenjataan banyak tokoh pejuang akhirnya lari ke pedalaman.salah
satu daerah di wilayah kawedanan kedu bagian Utara adalah distrik Candiroto
bahkan untuk menyelamatkan diri ada
salah satu bukit yang digunakan untuk persembunyian dan juga sebagai lokasi
untuk pengintaian musuh. Hal ini dibuktikan dengan adanya tugu pengintaian saat
ini sebagai bukti sejarah masih ada semacam Tugu yang berada di puncak Wagir
bawang yang panjangnya sekitar 20 cm,
Menurut cerita nama Simpar diambil dari
kata Samparan (bahasa Jawa) atau dalam bahasa Indonesia merupakan salah satu anggota badan yaitu
kaki manusia, Menurut sumber cerita yang
muncul turun-temurun dulu pada masa perang Diponegoro hidup seorang pejuang
pribumi yang sangat Sakti mandra guna beliau seorang yang gigih melawan
penjajah Belanda, sehingga pasukan penjajah selalu mengincar tokoh tersebut
untuk dibunuh, namun usahanya selalu gagal karena dipercaya beliau memiliki
ilmu sejenis Rawa Rontek atau ilmu kebal
senjata, atau ilmu yang bisa mengembalikan tubuh yang kena luka atau senjata
apapun, hingga suatu ketika Belanda merasa marah, sehingga disuatu malam ketika
beliau sedang sendirian di bawah bukit Belanda mengepungnya, beliau berusaha
lari keatas bukit namun karena malam begitu gelap tak sadar dalam pelariannya
beliau tersangkut pohon koro (semacam kacang panjang yang tumbuh merambat di
tanah) sehingga malam itu menjadi malam yang naas buat pejuang tersebut, beliau
ditangkap lalu dibunuh, kemudian tubuhnya dijadikan 2 bagian agar tidak lagi bisa menyatu, karena dipercaya
bila tubuhnya tidak dipisah maka beliau akan hidup kembali, maka perut kebawah atau
bagian kakinya jasat itu ditanam di bawah bukit.
Sejak saat itu orang menyebut daerah itu menjadi Simpar, sedang bagian perut atau orang Jawa dulu menyebutnya waduk, ditanam di daerah yang sekarang menjadi desa bendungan. Sejak saat itu orang menyebut wilayah Wagir tersebut menjadi desa Simpar yang berarti Samparan atau kaki dari pejuang tersebut yang ditanam dibawah bukit tersebut.
Sejarah tokoh agama yang berada di desa Simpar
Disamping tokoh pejuang yang kami
ceritakan diatas yang berhubungan dengan nama asal-usul desa Simpar. dahulu
kala, juga masih di zaman perang
Diponegoro ada cerita yang berkembang dimasyarakat simpar mengenai
seorang tokoh agama Islam atau kyai yang diyakini bahwa beliau pernah menjadi
bagian sejarah desa simpar yaitu Kyai Luar beserta istri, panglima atau
pengawalnya dan juga santrinya yang kala itu benar benar pernah berdomisili di
wilayah desa simpar hal ini bisa dibuktikan adanya makam Kyai Luar dan juga
makam Surodirjo. Konon pada masanya beliau hidup dengan Isti dan para santrinya
untuk menyiarkan agama Islam, bahkan diyakini beliau pernah punya pondokan atau
pesantren hal ini dibuktikan dengan banyaknya makam atau nisan yang berada
diluar makan mbah Kyai dan Nyai Luar, dulu sebelum dibangunnya makam mbah Kyai
Luar dan Nyai Luar disitu sekitar tahun 1982 banyak ditemukan pohon endong yang
merupakan simbul dari pemakaman
disekitar makam Kyai Luar banyak warga menduga pohon – pohon endong itu
merupakan nisan para santri mbah Kyai Luar.
Tak jauh dari makam Kyai Luar juga
terdapat tempat yang diyakini untuk mengambil air wudhu dari beliau dan para
santrinya (sampai sekarang masih ada) dan dinamai Sendang DAMYAK. yaitu sebuah mata
air yang dulu berkembang juga di masyarakat bahwa mbah Kyai Luar sendiri masih
sering muncul ketika waktu menjelang subuh di sekitar makam mbah Kyai Luar, beliau
sering ikut sholat berjamaah di mushola. salah satu tokoh agama pada saat itu
yang bernama mbah Jariyah seorang imam disalah satu mushola (kini sudah
almarhum) beliau sering bertemu dengan mbah Kyai Luar untuk melaksanakan
kegiatan ibadah shubuh bersama. beliau sering menampakkan diri dengan wujud
seorang kakek mengenakan jubah putih, sorban putih, menggunakan tongkat, dan
memakai Krapyak (sandal) emas. bahkan beliau dipercaya oleh warga desa Simpar sebagai
orang yang membuka Yoso atau yang pertama kali mendirikan Desa Simpar.
Sampai saat ini makam beliau masih sering
didatangi para peziarah baik dari dalam maupun luar daerah. bahkan setiap bulan
Suro kita mengadakan haul untuk menghormati beliau dan mendoakan arwahnya. banyak
warga yang juga sering berziarah kemakam beliau untuk mendoakan beliau selaku
leluhur agar senantiasa diberi pengampunan oleh Allah SWT dan ditempatkan
disisi Allah SWT. banyak juga peziarah yang datang dari luar kota, biasanya sebagian
orang datang yang dengan memiliki tujuan tertentu.
Disamping itu sekitar 200 meter dari makam beliau ada sebuah makam yaitu Makam Mbah Surodirjo yang diyakini beliau dulu adalah pengawal setia Mbah Kyai Luar, tidak jauh dengan makam mbah Kyai Luar makam beliau juga sering di jadikan tempat ziarah bagi peziarah yang datang dari luar daerah. biasanya setelah berziarah di makam Kyai Luar mereka juga berziarah ke makam Mbah Surodirjo untuk mendoakan arwah beliau. sampai saat ini kedua makam tersebut menjadi kesatuan sejarah yang tidak bisa dipisahkan.
C. Sejarah
kepemimpinan Desa Simpar
1.
ASMOREDJO :
Tahun 1887 - 1912
2.
KUMPUL : Tahun 1912 -1944
3.
MUCHTAR : Tahun
1944 – 1962
4.
SECO ATMODJO : Tahun 1962 – 1994
5.
JUMONO : Tahun1994 – 2007
6.
KUSWORO :
Tahun 2007 – Saat ini
D. Peninggalan
Sejarah
1. Makam
Mbah Kyai Luar
Makam ini merupakan makam yang berada di sebelah selatan desa yang di sinyalir adalah pendiri Desa Simpar, di dalam makam ini terdapat dua makam yang di sinyalir beliau adalah makam Mbah Kyai Luar itu sendiri dan juga istrinya Nyai Luar, diluar dari makam ini terdapat beberapa nisan sebagai bukti bahwa beliau ini memiliki banyak Santri yang ikut berjuang untuk penyebaran agama Islam pada masanya.
2. Makam
Mbah Surodirjo
Makam Mbah Surodirjo ini diyakini bahwa beliau ketika masih hidup selalu mendampingi Mbah Kyai Luar untuk menyebarkan ilmu agama Islam kepada santri-santrinya dan di sinyalir bahwa beliau ini juga sebagai tokoh perjuangan di zaman Pangeran Diponegoro yang sengaja diajak oleh Mbah Kyai Luar untuk sama-sama mengabdikan dirinya kepada rakyat pada masa dulu. Selain makam Mbah Kyai Luar makam beliau juga sering di jadikan tempat ziarah oleh para peziarah yang datang dari luar daerah untuk ngalap berkah dan mendoakan arwah beliau agar bisa diterima di sisi Allah SWT.
![]() |
Makam Mbah Surodirjo |
3. Tugu
pengintai Bukit Wagir mBawang
Tugu pengintai ini berada di atas Bukit Wagir
mBawang yang di sinyalir sebagai titik untuk mengintai musuh pada masa
penjajahan Belanda dahulu. Banyak cerita bahwa dahulu Wagir mBawang ini juga
sebagai tempat untuk pertahanan pejuang dan juga warga masyarakat dalam
menghadapi penjajah Belanda.
![]() |
Peninggalan Tugu Pengintaian |
4. Punden
Kali Kidul
Punden Kali Kidul ini merupakan rumah yang
diyakini sebagai tempat bersemayamnya Danyang (roh leluhur) bernama Dewi Susilowati yang ikut menjaga
desa Simpar, setiap bulan Sura sebelum pagelaran wayang kulit, Dalang selalu
sowan untuk membakar kemenyan sebagai bentuk ijin untuk melakukan pagelaran
atau kegiatan bersih desa dan setiap nyadran tempat itu dijadikan tempat untuk
selamatan atau kenduri sebagian warga sebagai wujud syukur atas rejeki yang
diberikan Allah SWT.
![]() |
Rumah Punden Dewi Susilowati |
![]() |
Pohon Karet Punden Kali Kidul |
5. Sendang
Damyak
Sendang Dampyak ini diyakini sebagai
tempat wudhu oleh Mbah Kyai Luar dan para santrinya kala itu, sebelum
melaksanakan ibadah dan mengaji.
![]() |
Sendang Damyak |
6. Tempat
ibadah Desa Simpar
Tempat ibadah Desa Simpar dulu pertama
kali berdiri sebuah langar atau mushola yang berada di sekitar makam Mbah Kyai
Luar. kemudian dengan majunya zaman masing-masing lingkungan memiliki dan juga
mendirikan mushola atau Langgar, sehingga sampai saat ini berdiri 7 mushola
atau langgar. kemudian sekitar 15 tahun yang lalu,kala itu ketika masih di era
kepempinan pak Jumono masyarakat mempunyai inisiatif untuk membangun sebuah
masjid besar yang bisa digunakan untuk kegiatan keagamaan Desa, maka terbangunlah
masjid yang di beri nama “Masjid Al Iman” yang Alhamdulillah sampai saat ini
pembangunan masjid Al-Imam bisa dikatakan sudah mencapai titik sempurna.
sehingga semua kegiatan agama bisa dilakukan di masjid agung ini.
![]() |
Mushola Al - Falah RT 01 |
![]() |
Mushola Al - Ikhlas RT 02 |
![]() |
Masjid Al - Iman 1 RT 03 |
![]() |
Mushola As - Salam RT 04 |
![]() |
Mushola Al - Huda RT 05 |
![]() |
Mushola An - Nur RT 06 |
![]() |
Mushola Al - Hidayah RT 07 |
![]() |
Masjid Al - Iman |
E. Sosial
budaya
1. Gotong
royong
Gotong royong ini dilakukan sebagai wujud
persatuan dan kesatuan serta kerukunan warga Simpar, kegiatan kerja bakti ini
sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala, dulu ada istilah ngudur,yaitu semacam
mencangkul bersama sama ditempat pak lurah sebagai wujud penghormatan terhadap
pimpinan desa,dan kegiatan ini sampai saat ini masih terus berjalan ,meskipun
tempatnya agak sedikit dirubah biasanya setiap 6 bulan sekali wargadesa selalu
membersihkan bahu jalan desa.
Ada pula yang dilakukan di lingkungan
suatu contoh ketika ada warga yang bangun rumah atau mendirikan bangunan tanpa
diminta warga selalu melakukan pekerjaan bersama sama tamnpa ada upah atau
imbalan, juga untuk ibu-ibunya setiap Jumat pagi kita mengadakan bersih desa
ataupun membersihkan lingkungan masing-masing Sehingga ini adalah sebagai wujud
gotong royong dan kerja bakti warga yang senantiasa akan kita uri-uri atau
selalu kita pelihara
2.
Sadranan
Sadranan ini merupakan wujud tradisional
masyarakat desa yang dilakukan dua kali setahun yaitu di bulan Ruwah dan bulan Suro,
dan biasanya Sadranan ini diwujudkan
dengan selamatan bersama ataupun Kenduri bersama sebagian dibawa ke makam Kyai
Luar dan sebagian dibawa ke Punden Dewi Susilowati (Punden Kali Kidul), yang
diyakini sebagai tempat Danyang desa Simpar. setiap bulan Suro warga desa Simpar
juga selalu melakukan yang namanya bersih dusun, ini merupakan wujud syukur
masyarakat desa kepada sang Pencipta atas apa yang diberikan selama setahun
berupa hasil tani yang melimpah, biasanya dibulan Suro ini juga digelar berbagi
kesenian rakyat terutama wayang kulit yang menghadirkan dalang dari luar
daerah.
3. Tingkepan
Adalah sebuah acara adat atau tradisi yang dilakukan masyarakat untuk permohonan bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil yaitu pada usia ke- 4 atau masuk bulan ke-empat atau yang sering kita sebut miteloni dan bulan ke- 7 yang disebut juga mitoni. hal ini sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Allah SWT bagi perempuan yang pertama kali hamil, hal ini sebagai wujud permohonan agar anak yang dikandungnya selalu sehat seperti apa yang diharapkan oleh orang tuanya dan terlahir sebagai anak yang Sholeh dan Sholehah.
4. Nabuh
Bedug
Nabuh Bedug ini dilakukan setiap hari Jum’at
menjelang umat Islam melaksanakan kegiatan Jum’atan hal ini untuk menyampaikan
bahwa waktu Jum’atan akan segera dimulai dan biasanya Nabuh Beduk ini dilakukan
oleh seorang yang benar memahami cara menabuh Bedug dengan benar dan baik.
![]() |
Bedug Al - Iman |
5. Tari Kuda Luming
-
6. Ketoprak
-
7. Terbang Lawas
-
8. Simtudduror
-
9. Rebana Modern
-
10. Grup Musik Dangdut
-
0 Comments
Post a Comment